6 Alasan Penting Cek Nutrisi Sebelum Makan
Apakah kamu pernah cek label nutrisi sebelum membeli atau memakan...
INFO & KULINAPEDIA oleh: Cerita Kulina
Writer: Dinanda Nisita
Editor: Nona Ica
Tahu kah kalian? Kalau rata-rata setiap orang di Indonesia membuang hingga 300kg makanan setiap tahunnya? Lebih mendalam, menurut laporan dari badan pangan PBB, FAO menyebutkan bahwa Indonesia dapat menghasilkan total sampah makanan sekitar 13 juta ton sampah makanan tiap tahunnya! Banyaknya sampah makanan ini menjadikan Indonesia mendapat predikat kedua setelah Saudi Arabia sebagai penyumbang sampah makanan terbesar di dunia.
Sumbangan sampah makanan tersebut termasuk dari makanan-makanan sisa dari piring-piring di rumah maupun restoran. Selain itu penyumbang kedua dari sampah sayur dan buah di pasar, supermarket, maupun rumah tangga. Sayur maupun buah yang mulai layu atau tidak layak konsumsi biasanya akan di sisihkan untuk kemudian dibuang. Jumlahnya pun tak serta merta 1 atau 2 kg saja, namun lebih dari itu, dan menumpuk setiap harinya. Selain itu, ada banyak makanan instan atau kalengan yang masih dalam hitungan bulan jauh dari tanggal kadaluarsanya tetapi tak dapat dijual, karena ada alasan standarisasi produk.
Ironisnya, isu kelaparan dan ketimpangan memperoleh akses pangan di Indonesia baik masyarakat di pedesaan maupun perkotaan masih menjadi isu yang banyak diberbincangkan. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa sekitar 19,4 juta orang di Indonesia tidur dalam keadaan lapar dan kekurangan gizi. Padahal bila dapat mengelola alur makanan tersebut, konon katanya dari 13 juta ton sampah makanan tersebut dapat dialokasikan bagi 28 juta orang di Indonesia.
Kurangnya kesadaran mengelola sisa makanan menjadi lebih berarti masih belum banyak dilirik sebagai sebuah upaya menjaga lingkungan. Faktanya, pengelolaan sisa makanan yang kurang baik akan menambah volume timbunan di tempat pembuangan sampah, dimana semakin banyak timbunan akan menghasilkan gas methana yang berpotensi menyebabkan ledakan.
Dari beberapa data tersebut, terdapat bentangan jarak yang cukup lebar antara angka kelaparan, kurang gizi dengan makanan yang terbuang, termasuk dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Demi kebaikan isu ini perlu diketahui dan dipahami, sehingga diharapkan membawa kesadaran terhadap masyarakat luas.
Biasanya makanan terbuang dialami ketika mengkonsumsi seporsi makanan yang lebih dari porsi semestinya. Padahal meminimalisir pola konsumsi tersebut dapat diupayakan dimulai dari diri sendiri. Misalnya dengan memesan makanan sistem pre-order di Kulina. Karena pesan melalui katering Kulina sama dengan meminimalisir sampah makanan. Mudahnya, dapur Kulina akan mendapatkan pesanan pasti dari kalian setiap harinya, sehingga bahan belanja dapur pasti sesuai dengan jumlah pemesanannya. Bila berjalan demikian baik, tak akan ada kisah bahan atau makanan terbuang sia-sia.
Berita baik lainnya, kalian dapat memesan sesuai porsi satu kali makan. Kulina berkolaborasi dengan dapur dan resto lokal, jadi ada lebih dari 1000 menu tiap harinya. Dari menu-menu mini alias porsi kecil hingga porsi besar semua bisa dipesan sesuai kebutuhan. Pilihan menu juga dapat disesuaikan dengan anggaran makan kalian. Jika semua dapat disesuaikan, mulai jenis menu, porsi, hingga anggaran sekali makan dapat dipastikan tak akan ada namanya makanan terbuang sia-sia.
Kulina juga menerapkan sistem pre-order, artinya dapur mendapat fix order sehari sebelumnya. Pihak dapur tidak perlu berlebih dalam belanja stok, apalagi bahan yang gak tahan lama. Dapur bisa efisien dan mengurangi resiko sisa bahan makanan yang terbuang.
Apakah kamu pernah cek label nutrisi sebelum membeli atau memakan...
Rasa lapar adalah sebuah hal yang wajar. Lapar menandakan bahwa...
Air putih adalah minuman yang jamak kita temukan di sekitar...